Mengenai Saya

Foto saya
Aku Lahir di sebuah kampung unik , namanya Panipahan.Panipahan berada di atas laut. Ya..seperti kota terapung. Dulu...hanya ada transportasi laut. Transportasi di atas kota terapung hanya jalan kaki. Namun Sekarang..di atas kota terapung telah dibangun jalan beton-kalau dulu dibangun dengan mendirikan tonggak-tonggak tiang dan susunan papan. Ngeri memang. itulah Panipahan

Senin, 22 Desember 2008

Siraman Hati

PENGAMPUNAN

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, ( Ali Imran : 133 )

Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur baurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( At-Taubah : 102 )

Tobat yang benar bila :
Mengetahui keburukan dosa dan akibat.
Timbulnya rasa takut ketika mengingat kemurkaan Allah serta siksaan-Nya.
Timbulnya keinginan berdaya upaya untuk membersihkan diri dari segala hal yang menimbulkan dosa.
Adanya niat dan tekad yang kuat untuk tidak kembali melakukan perbuatan dosa.
Adanya niat dan tekad untuk melakukan kebajikan-kebajikan untuk menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukan.

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( Ali Imran : 31 )

Sabtu, 20 Desember 2008

Problematik Pengajarn

Problematika Pengajaran Agama
di SMP Negeri 1 Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah
Kabupaten Karo

Pendahuluan
Salah satu kompetensi yang diharapkan dari kurikulum pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah kompetensi kemampuan ilmu tajwid/baca al-Quran pada peserta didik. Hal ini dapat dilihat materi pelajaran yang banyak menitikberatkan tentang hukum –hukum bacaan al-Quran.
Secara umum, tentu siswa SLTP tentu sudah mampu membaca al-Quran.Sudah tentu kemampuan yang mereka miliki berkaitan dengan kondisi lingkungan yang membantu mereka sehingga mampu membaca al-Quran. Selain pendidikan di sekolah formal ( SD ), pendidikan –pendidikan nonformal juga banyak membantu siswa untuk berlatih membaca al-Quran.
Namum pada daerah-daerah tertentu, tentu kondisi gambaran di atas bisa saja tidak dimiliki oleh peserta didik. Sehingga akhirnya, siswa yang kita harapkan sudah mampu membaca al-Quran pada usia dini ( misal: peserta didik tingkat SD ) tidak memiliki kemampuan baca al-Quran walaupun sudah memasuki bangku SLTP. Kondisi seperti ini- peserta didik SLTP tidak memiliki kemapuan baca aal-Quran – banyak kita temui pada daerah-daerah yang ummat Islamnya sedikit.
Salah satu daerah yang memiliki gambaran seperti kondisi di atas adalah peserta didik SLTP tempat mengajar penulis, yaitu SMP Negeri 2 Tiga Panah Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Dari Data yang ada peserta didik hampir 90% bisa bisa membaca al-Quran. Maka dapat dibayangkan betapa sulitnya untuk mengajarkan materi Pendidikan Agama khususnya ilmu tajwid yang diharapkan oleh kurikulum.
Permasalahan inilah yang menjadi problematika pengajaran Pendidikan Agama di sekolah penulis. Di satu sisi harus menuntaskan materi yang terdapat di dalam kurikulum, namum disisi lain adanya semangat untuk menciptakan peserta didik yang pandai membaca al-Quran.

Materi Pembacaan Al-Quran di Dalam Kurikulum Pendidikan Agama

Sebelum menyoroti lebih lanjut tentang materi pelajaran khususnya kompetensi membaca alk-Quran, perlu diperhatikan karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang terdapat di dalam kuruikulkum. Ada sebanyak 8 karakteristik dari Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dari delapan karakteristik tersebut, tujuan akhir dari Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah peserta didik menjadi manusia-manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. dan memiliki kemapuan untuk memahami agama Islam berdasarkan sumber-sumber pokoknya yaitu al-Quran dan hadist dan melaksanakan ajaran dengan baik sehingga menjadi manusia yang terbaik dan memiliki akhlakul karimah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kemampuan membaca al-Quran sangat mutlak diperlukan. Al-Quran adalah pedoman hidup seorang muslim. Tanpa kemapuna baca al-Quran sudah dapat dipastikan seseorang tidak mampu menjadi seorang musl;im yang baik. Al-Quran adalah dasar hukum tertinggi dalam menjalani hidup ini. Untuk itulah sebagai seorang muslim harus mampu membaca al-Quran. Seandainya seorang muslim tidak bisa baca al-Quran, bagaimana ia bisa menjalankan ibadah yang yang di dalamnya dituntut untuk bisa baca al-Quran seperti melaksanakan ibadah shalat.
Untuk mencapaui tujuan materi Pelajaran Agama Islam, khususnya kemampuan baca al-Quran pada peserta didik, pada kurikulum mendapat porsi yang relatif besar. Di bawah ini akan dipaparkan materi-materi Pelajaran Agama Islam yang berkaitan dengan kemampuan baca al-Quran yang terkandung di dalam silabus, yaitu :

Tabel 1 : Materi Pendidikan Agama Islam untuk Tingkat SMP yang berkaitan dengan Tuntutan Kemampuan Baca Al-Quran Peserta Didik

No
Kelas
Semester
Materi Pelajaran
Jumlah Jam Pelajaran
1
VII
1
Menerapkan hukum bacaan “Al” syamsiah dan “Ar” Qomariah
6 x 40 menit



Membaca ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah
4 x 40 menit



Menyebutkan arti ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan Asmaul husna
2 x 40 menit


2
Hukum bacaan Nun mati/tanwin dan mim mati
8 x 40 menit
Jumlah Jam Pelajaran
20x 40 menit

2
VIII
1
Hukum Bacaan qolqolah dan ra
4 x 40 menit


2
Hukum bacaan mad dan waqaf
8 x 40 menit
Jumlah Jam Pelajaran
12x 40 menit

3
IX
1
Membaca Qs.at-Tin
6 x 40 menit


2
Membaca Qs.Al-Insyirah dengan tartil dan benar
6 x 40 menit
Jumlah Jam Pelajaran
12x40 menit


Dari tabel di atas, terlihat bahwa kemampuan baca al-Quran peserta didik sangat diperlukan dalam rangka menuntaskan materi kurikulum.Maka dapat dibayangkan seandainya peserta didik tidak mampu membaca al-Quran maka sudah dapat dipastikan bahwa kurikulum tidak tuntas. Kondisi seperti tentu sangat sulit bagi seorang pendiudik. Pada satu sisi, seorang pendidik menginginkan materi kurikulum selesai, tetapi pada sisi lain seorang pendidik ingin peserta didiknya mampu membaca al-Quran. Dengan kondisi seperti ini, mau tidak mau harus ada yang harus dikorbankan..Inilah permasalahan yang dirasakan penulis ketika berhadapan dengan peserta didik yang tidak mampu membaca al-Quran.

PERMASALAHAN
1. Karakteristik Siswa

Peserta didik SMP Negeri 12 Tigapanah yang beragama Islam berasal dari lingkungan sekitar lokasi sekolah yaitu desa Tigapanah yang jarakn ya lebih kurang 8 kilometer dari ibukota Kabupaten. Secara jujur desa Tigapanah adalah desa yang sangat membutuhkan pembinaan agama ( dalam hal ini agama Islam ). Secara jumlah penduduk desa ini sangat sedikit. Pembinaan keagaman yang kurang ini dapat dilihat tidak adanya kelompok perwiridan/pengajian masyarakat apalagi wadah-wadah pembinaan ummat Islam seperti Taman Pembacaan Al-Quran, madrasah , pengajian remaja. Kondisi seperti inilah membuat ummat Islam tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang ke-Islaman. Akhirnya banyak jamaah hanya sekedar Islam tapi tidak mengerti tentang Islam itru sendiri. Akhirnya generasi-generasi Islam yang munculpun adalah generasi yang tidak memahami Islam. Tidak bisa baca Al-Quran, tidak tahui tata cara sholat, tidak mengerti tentang Islam dan sebagainya. Inilah gambaran yang terlihat pada peserta didik yang beragama Islam ketika ia menduduki bangku SMP.

2. Mengejar Target Kurikulum atau Bisa Baca Al-Quran

Seperti diuraikan pada pendahuluan diawal tulisan ini, ada dua pilihan yang sulit dirasakan oleh penulis. Yaitu, mengejar target kurikulum atau mendidik peserta didik agar mampu membaca al-Quran. Dilihat begitu banyaknya materi pelajaran yang mengharuskan peserta didik harus mampu baca al-Quarn ( 20 jam pelajaran di kelas VII, 12 jam pelajaran di kelas VIII dan 12 jam pelajaran di kelas IX ), maka dapat dipastikan target kurikulum tidak akan tercapai dengan kondisi peserta didiknya seperti di SMP 2 Tigapanah. Kalaupun dipaksakan malah akan berakibat patal baik bagi siswa maupun target kurikulum.
Dengan kondisi ynag sulit inilah penulis mengambil kebijakan untuk memberi bekal anak didik dengan lebih memfokuskan perhatian agar mereka selesai SMP mampu membaca al-Quran. Tentu target ini lebih punya makna dan memiliki arti sebagai seorang muslim. Walaupun resikonya harus memilah-milah materi pelajaran Pendidikan Agama Islam mana yang lebih diutamakan yang tentu bermanfaat bagi mereka dalam menjalani hidup sebagai seorang muslim.

PEMBAHASAN MASALAH

Dari berbagai permasalah di atas, penulis mencoba untuk memberikan yang terbaik buat peserta didik khususnya membekali mereka agar mampu membaca al-Quran sebagai suatu kewajiban yang harus dimiliki sebagai seorang muslim.

Adapun upaya yang dilakukan penulis untuk mencerdaskan peserta didik mampu baca al-Quran antara lain sebagai berikut b:

1. 25 menit diawal pelajaran latihan baca Al-Quran
Upaya yang pertama dilakukan adalah memanfaatkan waktu 25 menit pertama setiap kali pelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai. Waktu yang singkat ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk mengajari peserta didik membaca al-Quran. Metode yang dipakai adalah metode iqra. Setiap siswa memiliki buku panduan iqra. Jumlah peserta didik yang beragama Islam jumlah tidaklah banyak. Rata-rata setiap kelas jumlah peserta didik antara 3 - 7 orang. Dengan jumlah peserta didik yang sedikit ini sudah tentu pengajaran baca al-Quran akan berlangsung dengan efektif . Peserta didik akan dipilah sesuai dengan kemampuan baca al-Quran dan masing-masing peserta didik memiliki kartu perkembangan baca al-Quran.

2. Memberdayakan siswa yang sudah mampu baca al-Quran
Secara umum peserta didik tidak mampu membaca al-Quran. Jumlah peserta didik yang beragama Islam dari keseluruhan siswa SMP 2 Tigapanah berjumlah 56 siswa (jumlah kelas seluruhnya sebanyak sepuluh kelas ). Rata-rata peserta didik yang beragama Islam berjumlah antara 4 – 6 perkelas.. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 5 sampai 7 orang yang mampu membaca al-Quran secara baik.Siswa –siswa yang mampu baca al-Quran akan diberdayakan dalam program pembelajaran al-Quran di awal mulainya pelajaran Pendidikan Agama Islam.

3. Belajar Al-Quran pada lingkungan Sekitar
Memanfaatkan waktu 25 menit diawal memulai pelajaran tentu tidaklah cukup.Untuk itu, setiap siswa diberi tugas untuk belajar baca al-Quran di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka . Atau mencari orang-orang disekitar mereka yang mampu membaca al-Quran untuk belajar. Tentu tidak semua lingkungan mereka memiliki sarana pendidikan nonformal untuk belajar al-Quran. Tapi kalau memang ada , peserta didik diwajibkan untuk belajar. Kegiatan ini akan dipantau lewat buku laporan masing-masing peserta didik. Ini sebuah upaya dalam rangka siswa untuk cepat mampu membaca al-Quran.

4. Memasukkan ke Materi Pelajaran Pengembangan Diri
Pada tahun ajaran 2008/2009, materi pelajarean Pengembangan Diri diberikan kepada guru agama masing-masing. Penulis mengalokasikan sebagian waktu materi Pengembangan diri ini untuk memasukkan materi baca al-Quran untuk peserta didik. Upaya ini tentu membantu sekali mengingat waktu yang sedikit bila mempergunakan alokasi waktu bila dipergunakan pelajaran Pendidikan Agama Islam.

5. Tadarus al-Quran selama ramadhan
Khusus pada setiap bulan Ramadhan, penulis mempergunakan seluruh waktu pelajaran Pendidikan Agma Islam dengan membaca al-Quran. Ditambah lagi dengan kegiatan Ramadhan diluar jam sekolah dimanfaatkan waktu 30 menit sampai satu jam untuk membaca al-Quran disamping kegiatan penambahan pengetahuan tentang ke-Islaman.
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil evaluasi kegiatan program pembacaan al-Quran yang sudah dilaksanakan penulis sejak tahun ajaran 2006/2007 diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Peserta didik yang saat ini berada di kelas III yang berjumlah 17 orang lebih kurang 90% ( 14 orang ) sudah mampu membaca al-Quran ( Level Iqra 5 ). Pada siswa kelas VII yang berjumlah 16 orang sekitar 3 orang yang telah mampu membaca al-Quran, 11 telah mengenal huruf dan membaca eja.
2. Adanya semangat siswa untuk belajar al-Quran.
3. Program ini diupayakan terus berkenajutan dalam upaya mencerdaskan peserta didik untuk mampu membaca dan memahami al-Quran.


Saran

Teknik dan metode yang disampaikan pada tulisan ini adalah sebuah upaya untuk menciptakan generasi Islam/peserta didik agar mampu mebaca al-Quran. Sudah tentu ini hanya sebuah upaya dari berbagai upaya yang dapat kita buat. Tentu apa yang kami laksanakan tentu masih jauh dari harapan kita semua. Untuk itu perlu kita teknik dan mertode yang lebih tepat dengan kondisi peserta didik pada tuliusan ini. Un tuk sumbang saran sangat diperlukan .
Terima kasih.



Oleh :
Dra. Eliwati
SMP 2 Tigapanah- Kabupaten Karo